March 11, 2015

Saya Bangga Menjadi Anak Mama



Semakin hari saya rasa jam berlalu semakin cepat, tak terasa sudah begitu lama saya memikirkan hal ini, yah hal yang selalu membuat saya tersenyum dan terenyuh. Apa sih?? tau ah saya mau nulis dulu.

Dulu sewaktu kecil ketika ditanya orang mau jadi apa? dengan gagahnya Kirana kecil menjawab "Pengen Jadi Pilot", entah apa yang mendasari diri saya mengatakan jawaban tersebut, namun pertanyaan demi pertanyaan tantang cita-cita pun sering dilontarkan kepada saya ketika saya masih kecil dan jawaban saya pun sama seperti sebelumnya "Saya Pengen Jadi Pilot". Ketika saya teringat saat-saat itu saya selalu teringat Almarhumah Ibu, saya selalu teringat senyum manis beliau, tawa beliau ketika saya ditanya mengenani cita-cita. Yah, mungkin senyum beliau yang mendasari keinginan saya itu untuk menjadi seorang sopir pesawat terbang.


Bertahun-tahun lamanya saya masih memegang erat cita-cita saya tersebut, sampai akhirnya saya masuk ke jenjang Sekolah Dasar, saya yang begitu lugunya yang waktu itu berumur 7 tahun memulai sekolah pertama saya di jenjang SD, benar.. saya tidak menempuh jenjang TK terlebih dahulu, saya langsung masuk SD kelas 1 diumur  saya yang ke 7 tahun. Eits.. saya bukan satu-satunya yang pada waktu itu masuk SD tanpa TK, beberapa teman saya juga melakukan hal demikian. Bukan apa-apa,, mungkin pada waktu itu pendidikan wajib adalah dari kelas 1 SD sampai 12 SMA. Taman Kanak-kanak ataupun bahkan PlayGroup pada waktu dianggap hanya tambahan saja.

Waktu pun berjalan, Kirana kecil waktu itu terkenal sebagai anak yang paling cengeng sekelas, meskipun ada yang lebih cengeng dari saya siih. :D . Mungkin sudah menjadi hal yang umum jika anak-anak yang masih menduduki kelas 1 SD diantarkan oleh orang tuanya, namun ketika teman-teman saya hanya dalam waktu 6 bulan mereka sudah bisa ditinggal oleh orang tua mereka, berbeda lagi dengan yang saya alami. Ketika saya SD dari kelas I sampai kelas II saya tidak akan berani masuk sekolah jika tidak diantarkan oleh Ibu atau kakak saya. Bahkan sering saya menangis dan mencari beribu alasan untuk tidak masuk sekolah jika pada waktu itu tidak ada yang mengatarkan saya berangkat ke sekolah. Saya takut, saya malu, saya merasa kesepian jika Kakak atau Ibu tidak berada didekat saya. Begitu sebaliknya, ketika ada kakak saya atau ibu saya yang mendampingi saya menjadi lebih percaya diri untuk mendengarkan guru yang menerangkan pelajaran didepan kelas.

Hingga akhirnya saya menginjak kelas III, dan saya pun bisa berangkat sekolah tanpa diantar kakak/Ibu, dengan berbekal salam dan Cium pipi kiri kanan serta kening dari Ibu saya saya pun menjadi lebih PD berangkat kesekolah. Meskipun terkesan lebai tapi hal itu menjadikan sugesti akan setiap kegiatan saya yang lebih bersemangat.

Waktu itu saya tersadar bahwa saya tidak boleh lebih lemah dari teman saya, apalagi teman perempuan. Banyak dari mereka yang tanpa diantar siapapun mereka tetap ceria dan bersemangat berangkat sekoah, bahkan sesekali ketika saya menangis ditinggal kakak mereka pun ikut menenangkan saya. Emmh bagitu cengeng Kirana Kecil ini.

Perjalanan dari kelas satu sampai kelas III pun saya lalui dengan berbagai cerita yang penuh canda, tawa, dan lebih didominasi oleh cerita-cerita mengharukan, maklumm anak cengeng, :D 

Dikelas empat mulailah tumbuh perasaan-perasaan baru pada diri saya, bahkan cita-cita menjadi Pilot pun suudah tidak saya hiraukan. Yang saya rasakan pada waktu itu adalah saya bahagia dan begitu senangnya, yah mungkin waktu dimana seharusnya saya mendapatkan kebahagiaan sekolah ketika di TK baru saya dapatkan ketika saya kelas 4 SD. Saya bermain kesana-kemari berlari-lari dengan teman sekelas, dan masih banyak kegiatan yang saya lakukan ketika jenjang waktu itu. Saya pun sampai lupa bahwa saya harus belajar. Tapi yang terpenting saya tidak betah berada diluar rumah karena itu membuat saya jauh dari Ibu saya. Saya selalu cepat-cepat pulang dan segera bertemu dengan Ibu.

Menginjak kelas 5 dan 6 saya pun bisa berfikir sedikit lebih dewasa, saya mulai bisa membedakan kanan kiri, benar salah, dan lebih berani menghadapi sesuatu masalah meskipun akhirnya kadang tetap nangis. hehe.

Gelar sebagai anak cengeng pun akhirnya saya raih dari kakak saya sendiri, karena begitu cengengnya saya dia selalu memberikan clotehan-clotehan yang sedikit membuat saya jengkel, namun dari kejengkelan itu sedikit demi sedikit saya pun sadar bahawa saya harus kuat, saya tidak boleh dengan kakak-kakak saya, apa lagi kalah dengan teman-teman yang lain.

Yah boleh lah kalian menyebut anak cengeng itu sebagai anak Mama, yang berangkat sekolah wajib cipika-cipiki, tapi saya bangga saya masih diberikan kesempatan untuk mencium pipi seorang wanita yang membawa Surga sampai usia saya yang ke 14 sebelum Ibu kembali pada Sang Khaliq.

Nah, dari pengalaman saya diatas, selagi ibu masih ada di samping kalian, sebisanya sayangilah ibu kalian sebesar yang kalian mampu, bahkan ditinggal sedetikpun ingatlah Ia, ketika berbuat salah ingatlah bahwa kita punya Ibu, waktu itu kakak saya pernah bilang pada saya, dia membaca sebuah hadist dikatakan kurang lebihnya dalam arti seperti ini "Barang siapa yang melakukan sebuah perbuatan dosa dimuka bumi, sedangkan Ibunya sudah tiada maka 7 tombak yang begitu panas akan dikirim dan diarahkan tepat di dada Ibunya". Naudzubillah.. Semoga sedikit-demi sedikit kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik, aminn..


Salam..

Advertisement


EmoticonEmoticon