July 9, 2016

Langkah Awal Sebelum Mendirikan Sebuah Startup, [ Belajar dari Pengalaman Pribadi ]

Belajar dari kesalahan saya di masa lalu saya ingin berbagi pengalaman tentang langkah awal sebelum kita membangun sebuah bisnis khususnya yang berbasis startup. Startup adalah sebutan bagi sebuah perusahaan kecil yang baru berdiri/berkembang dimana biasanya di dalam startup tersebut terdiri dari beberapa orang atau TIM. 

Doc:2014, awal saya presentasi bisnis dan mendapat juara I kabupaten | kirana

Pada tahun 2014 setelah saya lulus SMK, saya bersama 3 teman saya memutuskan untuk membuat sebuah perusahaan sendiri yang bergerak dibidang Teknologi dan Informasi. Yang ada didalam fikiran saya waktu itu saya ingin memiliki perusahaan sendiri, punya penghasilan yang besar, dan terlihat keren karena didalamnya adalah teman-teman satu angkatan saya. Saya ingin perusahaan saya nantinya berkembang dan teman-teman saya dari SMK asal saya yang nantinya akan menjadi pekerja didalamnya, tanpa mereka harus bingung mau kerja kemana. 

Dengan niat tersebut akhirnya saya bergerak dengan 3 teman saya, mulai memikirkan dimana tempatnya, apa namanya, dan bidang apa yang akan kita layani. Tiga minggu kami berfikir keras dan akhirnya kami menentukan nama dan bidang yang kami ambil, kami bergerak dibidang pelayanan pembuatan website, multimedia (desain grafis, video/fotografi, advertising), dan juga melayani service hardware. Selang berjalannya waktu bisnis terasa lancar diawal, namun memasuki bulan ke 4 sudah terjadi banyak gesekan dari kiri kanan depan dan belakang, saya sebagai tim leader merasa unsur bisnis didalam perusahaan saya semakin lama semakin menipis, hal itu dikarenakan ada beberapa faktor yang memicu ketidak sehatan hari-hari kami ketika melaksanakan kerja.

Berbagai cara sudah saya gunakan untuk meningkatkan mutu tim saya, mulai dari SDM, softskill dan hardskill, dengan mengikuti seminar/pelatihan, sharing setiap waktu, evaluasi, dan melakukan pengarahan serta motivasi-motivasi. Namun hal itu saya rasakan sama sekali tidak membawa perubahan. Saya mulai bingung apakah saya yang salah?, atau ada faktor lain yang mereka ingkinkan diluar usaha kami, sehingga mereka sering bekerja diluar kata disiplin.

Sampai akhirnya saya mulai muak dan mengadakan pertemuan kecil dengan tim, saya menyodorkan pertanyaan tentang apa visi mereka kedepannya, dan bagaimana cara mereka mencapainya. Namun tak satupun dari jawaban mereka yang menunjukkan bahwa mereka memang antusias mendirikan perusahaan ini. Sayapun memberikan pengarahan dan motivasi kembali kepada mereka, saya yang selalu berharap perusahaan ini bisa terus berkembang tak ingin jika tim saya meninggalkan usaha yang telah susah payah dirintis ini.

Namun apa daya, masalah barupun timbul, ini bersumber dari beberapa pihak yang membantu kami mendirikan usaha, sebut saja investor sekaligus pembimbing kami. Kami yang waktu itu baru lulus SMK sangat membutuhkan pengalaman dalam dunia bisnis, baik dari diri sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Akhirnya bertemulah kami dengan orang-orang tersebut yang menawarkan diri menjadi pembimbing sekaligus mau menyumbang berdirinya usaha kami. Singkat cerita kami pun mengalami konflik terhadap beliau-beliau, konflik tersebut saya anggap serius ketika anggota tim saya mengeluh atas projek-projek yang berasal dari investor tersebut, mengingat investor-investor tersebut adalah orang terdekat kami sebelumnya, jadi mungkin menurut tim saya “besar atau kecil projeknya kita harus tetap mengerjakan meskipun Hasil yang didapat Minimal”. Hal itu terjadi karena atas dasar rasa sungkan dan menghormati.

Dari kejadian tersebut saya tidak tinggal diam, karena menurut saya ini adalah bisnis, kita harus berani melompat ketika yang lain melarang melompat, kita harus berani lari walaupun kita dihadang seribu pasukan bersenjata api. Dengan satu tujuan yaitu dalam rangka mewujudkan VISI.
Saya kembali mengadakan pertemuan dan mengatakan kepada mereka, “Ini bisnis, kalau kalian mau lanjut maka kita lanjut, tapi kalau kalian masih mementingkan rasa sungkan kalian kita bubar, biar nama perusahaan ini saya yang pikul dan membesarkannya dirumah saya sendiri!”.


Singkat cerita dengan perkumpulan kami tersebut kembali saya merasakan tidak ada perubahan yang terjadi pada tim kami. Semua masih tetap saja seperti kemarin (MONOTON), tidak ada inovasi-inovasi baru, tidak ada usulan-usulan yang ditujukan untuk kemajuan perusahaan.
Berbulan-bulan masalah ini saya pendam dan akhirnya saya berani merencanakan “tim harus lepas dari investor” ketika saya mengetahui laporan pengeluaran keuangan yang sangat membengkak yang mana digunakan diluar keperluan perusahaan. Yah, saya akui itu kesalahan saya, karena itu diluar control saya sebagai tim leader.


Dari kejadian-kejadian diatas saya mulai muak dan ingin segera membuat gebrakan baru, langkah yang saya ambil selanjutnya adalah memutuskan untuk berhenti sejenak (fakum) di usaha tersebut, tim saya liburkan dan saya ajak untuk berfikir kedepannya kita harus bagaimana. Pada akhirnya saya melampiaskan dengan mengikuti lomba entrepreneur tingkat nasional di Jakarta, dan Alhamdulillah meskipun tidak menang saya bersama tim berhasil masuk di 8 besar nasional, dengan membawa ide bisnis web development. Kami mendapat kesempatan untuk berkunjung ke kantor pusat Tokopedia Jakarta, dan mendapat Coaching dari pelaku bisnis ternama di Jakarta.

Doc: 2015, kunjungan ke kantor pusat tokopedia | kirana

Doc: 2015, saat coaching di jakarta | kirana

Sepulang dari lomba saya berharap bisa membawa perubahan yang signifikan untuk usaha kami, namun ternyata yang saya harpkan hanya menjadi isapan jempol belaka. Saya dan tim tetap saja berjalan monoton. Hingga akhirnya saya putuskan untuk menutup kantor dan memboyong usaha tersebut kerumah.

Diatas adalah sebuah perjalanan usaha saya, sangat menyedihkan memang, namun walaupun begitu saya mendapatkan banyak pelajaran didalamnya, dan disini akan saya share LANGKAH AWAL SEBELUM MENDIRIKAN SEBUAH STARTUP bersumber dari pengalaman saya di waktu lampau.

Pertama
Tentukan Passion atau minat anda, ketika anda ingin membangun startup anda harus tahu kemampuan anda di bidang apa, apakah dibidang website, mobile app, atau desktop, dll., atau mungkin diluar bidang Teknologi Informasi.  Apabila anda tidak memiliki kemampuan dibidang yang anda inginkan anda masih bisa belajar atau memperkerjakan orang lain yang memiliki skill dibidang tersebut. Saya asumsi sebelum anda memulai anda harus faham dan menguasai betul tentang bidang yang anda ambil.

Kedua
Buatlah rancangan apakah usaha anda nantinya membutuhkan banyak tenaga atau tidak, dari sini anda bisa menentukan berapa orang yang akan anda jadikan partner untuk membesarkan usaha anda. Langkah awal lebih baik dimulai seorang diri, kemudian jika sudah ada hasil yang sekiranya cukup untuk menggaji karyawan barulah anda ajak partner anda.

Ketiga
Tentukan partner/ bentuk TIM, apabila rancangan anda sudah terlihat, mulailah menentukan siapa orang-orang yang akan menjadi tim anda, dalam tahap ini saya peringatkan jangan gegabah!, anda harus tahu betul siapa calon partner anda sebelum menentukan siapa orang tersebut dan mengajaknya. Mulai dari kemampuan, sikap, cara kerja dan yang terpenting bagaimana dia ketika menghadapi masalah. Pastikan orang tersebut memang benar-benar mau dan mampu mendedikasikan waktu, tenaga, dan fikiran mereka untuk usaha yang akan anda rintis. Ajaklah mereka untuk membesarkan perusahaan, bukan untuk  bekerja pada anda. Karena mereka harus memiliki visi yang sama dengan anda yaitu membesarkan perusahaan.

Keempat
Tentukan lokasi, apabila anda bergerak di jasa digital seperti berikut : Game Development, Website Development, / App Development, anda tidak perlu mencari lokasi di pinggir jalan raya yang mana ramai pengunjung, hal itu hanya akan menguras pengeluaran anda. Pada bidang tersebut anda hanya butuh tempat tenang dan ada koneksi internet, di desa terpencil sekalipun, karena itu akan mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja. Untuk mendapatkan klienpun anda tidak perlu khawatir, karena sejatinya dalam bidang tersebut anda harus menentukan target konsumen yang nantinya akan anda daptkan dengan melakukan loby baik berkunjung langsung ke kantornya atau melalui media lain. Berbeda jika anda mengambil bidang jasa Advertising, Service Komputer, IT Consultan, bidang tersebut sangat cocok jika anda bertempat di tempat yang ramai dan di pinggir jalan raya karena orang akan tahu jasa apa yang anda tawarkan.

Kelima
Jangan terburu-buru meminjam modal baik dari bank atau koprasi dan lain sebagainya. Anda harus benar-benar menggunakan dana nganggur yang sumbernya dari anda sendiri! Titik!
Bahkan ketika anda hendak mendapatkan pendanaan dari investor sekalipun!. Sebelum semua itu anda lakukan anda harus benar-benar memastikan kematangan sistem perusahaan anda, kemampuan tim anda dalam bekerja, dan bagaimana kualitas projek  yang dihasilkan perusahaan. Setelah semua sudah tersistem maka silahkan anda bebas mengambil sumber-sumber pendanaan yang ada.


Keenam
Bentuk Sistem Perusahaan, disini harus anda paparkan mengenai pebiayaan, teknis pelaksanaan, dan apapun yang ada didalam perusahaan anda. Semua harus jelas dan diperkuat dengan persetujuan pihak-pihak yang ada dalam usaha anda dalam bentuk tanda tangan datas materai. Hal ini berguna sebagai panduan bagaimana perusahaan anda akan berjalan 1 atau bahkan 10 tahun kedepan.

Ketujuh
Jangan mementingkan kesenangan belaka, untung besar, nama tenar, apapun sejenisnya, fokuskan anda dan tim mengerjakan sesuatu dengan maksimal dan hasil berkualitas, survey kualitas projek yang dikerjakan oleh startup lain yang sebidang dengan anda, siapkan diri anda untuk meningkatkan mutu projek/produk yang anda garap. Sehingga menjadi lebih baik dari pada yang lain, anda akan jadi unggulan.

Kedelapan
Semua harus dilakukan dengan dasar hitam di atas putih.  Jangan sekali-kali membuat kebijakan apabila anda sudah terlibat dengan orang lain tanpa ada hitam di atas putih. Ikat orang-orang tersebut dengan MOU dan lembar perjanjian/persetujuan.

Doc: 2015 proses MOU dengan klien | kirana

Saya kira delapan poin di atas sudah cukup sebagai bekal anda sebelum membuka sebuah usaha yang sifatnya merintis dari nol. Sebagai penutup saya mengingatkan kembali “sebelum usaha anda terlihat prospek (menghasilkan) jangan sekali-kali unsur dari luar terlibat sedikitpun dengan usaha yang akan anda jalankan (keluarga sekalipun). 

Anda harus menunjukkan dan membuktikan kepada mereka bahwa usaha yang akan anda rintis memang benar-benar usaha yang menjanjikan dan menghasilkan, dari situ anda bebas untuk memilih partner ataupun pihak-pihak lain untuk turut serta dalam membesarkan usaha, entah sebagai investor, pekerja, atau lainnya.

Semoga paparan saya tentang LANGKAH AWAL SEBELUM MENDIRIKAN SEBUAH STARTUP diatas dapat memberikan manfaat bagi pembaca, dan semoga usaha yang akan kita jalankan bisa terus lancar, dan lancar terus.. Salam Enterpreneur.

Advertisement


EmoticonEmoticon