March 9, 2019

Revolusi Industri 4.0, Industri Kecil Harus Move On!


Revolusi Industri 4.0 akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat dikancah internasional, Indonesiapun tak luput dari bahasan-bahasan terbaru terkait hal ini, lebih-lebih setelah debat calon presiden hal ini semakin menjadi perihal yang tak asing ditelinga kita. Tentu saja, pada debat tersebut salah satu pertanyaan yang diberikan tim panelis adalah terkait Revolusi Industri 4.0.

Bicara soal Revolusi Industri 4.0 tentunya hal yang ditawarkan tak hanya bersifat positif namun juga negatif. Revolusi Industri 4.0 bagaikan buah simalakama bagi Indonesia dan beberapa negara berkembang lain, apabila kita ambil momentum ini dalam keadaan belum siap maka kita akan tergilas oleh kecanggihannya, namun apabila kita lewatkan momentum ini begitu saja maka bisa jadi kita akan tertinggal jauh dan pastinya industri kita akan ditelan oleh industri-industri dari luar yang berhasil memanfaatkan momen ini.

Poin yang dapat diambil adalah mau tidak mau, siap tidak siap kita akan dilahap oleh sebuah revolusi Industri yang diprakarsai teknologi-teknologi canggih seperti artificial intelligence (AI), machine learning, internet of things (iOT), dan lain-lain. Dari hal tersebut intinya kita harus tetap menyusun strategi untuk menghadapi revolusi ini, rencana-rencana matang diharapkan mampu untuk kita gunakan sebagai alat menghadapi tantangan revolusi Industri 4.0 ini.

Dari sini kita coba memecah permasalahan ini menjadi 2 bagian, yakni pada bagian pertama yaitu di tingkat skala kecil yaitu pada sektor industri-industri kecil, dan bagian kedua adalah sektor pada industri skala besar yang dalam hal ini erat hubungannya dengan pemerintahan / negara, entah itu BUMN atau industri besar yang telah berinisiasi langsung dengan negara. 

Tentunya yang akan dibahas pada tulisan ini adalah pada sisi industri skala kecil atau menengah, sebab bukan kapasitas saya jika membahas industri pada skala besar atau yang telah berhubungan langsung dengan pemerintah.

Apa itu Revolusi Industri 4.0?

Kita sering mendengar bahwa dengan adanya industri 4.0 maka tenaga manusia akan tergantikan oleh mesin atau robot. Yaps, pernyataan itu sudah cukup menjawab. Revolusi Industri 4.0 erat hubungnnya dengan sebuah otomasi, dimana semua detail pekerjaan yang dulunya dikerjakan secara manual kemudian digantikan oleh teknologi serba otomatis. Untuk meperjelas silahkan simak gambar dari Kementrian Perindustrian ini.


Dari gambar tersebut juga menjelaskan tentang target industri yang diprioritaskan masuk dalam momentum revolusi industri 4.0 ini, diantaranya industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri kimia, industri elektronika, dan industri tekstil & pakaian jadi.

Mengerikan!

Kita coba bahas lagi secara lebih sederhana, kita pasti tahu bahwa adanya sebuah makanan karena ada seorang koki yang memasaknya, dengan beberapa resep yang dicampur dan bahan-bahan yang dijadikan adonan kemudian dimasak dan jadilah makanan yang siap santap. Nah pada revolusi industri 4.0 ini ternyata 100 orang koki dapat digantikan oleh 1 buah mesin saja.


Gambar di atas adalah penampakan Moley Robotics Kitchen, merupakan robot yang bisa memasak apa pun sesuai keinginan dan mampu langsung mencuci peralatan masak, robot tersebut berbasis di Inggris diciptakan oleh perusahaan Moley Robotics.


Untuk menggunakan alat tersebut, kita hanya cukup menyediakan bahan mentah kemudian melakukan sedikit perintah melalui lcd touch screen dan secara otomatis masakan akan diolah dalam waktu singkat.

Baik, di atas adalah sedikit gambaran sederhana terkait hal yang terjadi di Industri 4.0, selain alat tersebut masih banyak teknologi-teknologi mengerikan lain yang menopang berjalannya industri 4.0 ini, seperti contoh otomasi customer service pada provider digital, artificial intelligence yang digunakan untuk menawarkan produk-produk rekomendasi, dan lain-lain yang mana semua itu dijalankan oleh sebuah mesin atau program.


Tantangan Pelaku Industri Kecil

Revolusi Industri 4.0 menghasilkan transformasi yang ekstra cepat, bentuk-bentuk teknologi pada industri lama sengaja dihancurkan (pembaruan) dan diganti dengan teknologi terbaru, sistem bisnis baru, serta model kerja yang baru.

Kita ketahui, dahulu sangat berkembang industri berbasis ritel, namun sekarang telah digantikan pamornya oleh ecommerce, koran atau media cetak yang biasa jadi langganan kini telah dibackup oleh industri media berbasis digital / online, ojek di ganti go-jek, SMS digantikan Whatsapp, 3D Printing menggantikan industri manufacturing, dan bahkan mata uang konvensional digantikan oleh Bitcoin atau Cryptocurrency. Melihat hal tersebut, jangankan industri kecil, industri besarpun yang tidak cakap menghadapi momentum ini dipastikan akan dibuat berantakan.

Percepatan industri 4.0 ini tentu menimbulkan efek tidak bagus bagi para pelaku industri yang tidak segera move on menjajal dan mempersiapkan diri bertarung menaklukkan teknologi-teknologi terbaru. Kesenjangan secara ekonomi dan sosialpun akan terjadi bilamana pelaku bisnis yang baru-baru berhasil merajai pasar, akibat berkembangnya media online maka media cetak akan mengalami penurunan permintaan, tingkat kepercayaan pelanggan terhadap supir ojek konvensional akan direnggut oleh kredibilitas supir ojek online (gojek, grab, dll).

Mempertajam Pandangan

Kecanggihan teknologi Industri 4.0 benar-benar tak dapat diragukan lagi, bahkan beroperasinya pun sering tidak dapat kita sadari. Coba kita ingat-ingat ketika kita mendaftar Facebook, diawal kita ditanya data diri lengkap mulai dari nama, tanggal lahir, tempat tinggal, dan lain-lain. 

Seiring berjalannya waktu sesekali kita diberi form pertanyaan seperti hobi, background pendidikan, dan hal-hal lain yang sifatnya privasi, dari sini apakah kita sadar bahwa data-data privat tersebut akan diolah untuk kemudian hari dijadikan alat untuk menawarkan sebuah produk / iklan dari Facebook (Facebook Ads). Teknologi Facebook mampu membaca mana user yang paling potensial untuk ditawari produk-produk tertentu berdasarkan data diri yang kita berikan tadi.


Di sisi lain algoritma Artificial Intelligence Bukalapak, Tokopedia dan beberapa marketplace lain mampu membaca perilaku usernya yang sering membuka produk-produk tertentu, yang mana produk-produk tadi dikemudian hari akan ditampilkan kembali sebagai produk rekomendasi. Bahkan hal itupun dimanfaatkan oleh Google untuk menampilkan iklan-iklan yang relevan terhadap aktivitas kita selama berselancar di berbagai platform-platform online.

Teknologi lain seperti otomasi pengiriman email, dimana hal ini biasa digunakan oleh provider-provider digital yang memiliki klien dalam jumlah besar, seperti contoh provider hosting/server.

Perusahaan hosting/server umumnya menerapkan sistem pengiriman email serba otomatis, dimana ketika ingin melakukan penawaran kepada klien cukup dengan memblow-up email sekali kemudian didistribusikan ke ribuan kliennya secara tertarget, hal ini adalah praktik Customer Relationship Management secara otomatis, karena tidak mungkin dengan ribuan klien kemudian pihak perusahaan mengirim email satu persatu, tentu akan menghabiskan banyak waktu dan biaya.

Contoh otomasi di atas tentunya akan menghasilkan banyak keuntungan bagi perusahaan karena  target market dapat dibidik dengan akurasi tinggi sehingga bisa menjual produk dengan tepat sasaran.

Kita bayangkan, hanya dengan menanamkan baris kode pemrograman maka raksasa-raksasa teknologi tersebut bahkan mampu menggantikan peran seorang marketer handal, tak perlu sebar brosur kesana-kemari, pasang iklan baris di koran, menghabiskan pulsa telepon, dll. Lantas sampai sini masih relevankah model pemasaran secara manual? Mengingat lebih dari separuh penduduk Indonesia sudah menggunakan gawai.

Kolaborasi

Bagi para pelaku Industri yang merasa bahwa Industri 4.0 ini adalah sebuah momok, baiknya sekarang mulai merenung dan menyusun strategi. Memang benar untuk menghadapi revolusi industri 4.0 ini diperlukan peran goverment / pemerintah secara intens supaya cakupan keberhasilan dapat dirasakan secara merata, namun kesan mustahil juga pasti timbul jika pribadi masing-masing pelaku Industri tidak juga melek teknologi dan menyusul ketertinggalan selama ini.

Pengembangan-pengembangan secara masif sangat diperlukan agar masing-masing komponen industri baik skala kecil hingga besar mampu confidence memasuki era Industri 4.0 ini. Maraknya perkembangan Start-Up mestinya menjadi pompa semangat kita pelaku industri untuk kian menggenjot kemampuan perusahaan. Kita perlu ingat bahwa sekarang jamannya kolaborasi, jika salah satu vendor taksi terbesar di Indonesia saja sekarang kabarnya telah berinisiasi dengan salah satu perusahaan transportasi online, kenapa kita tidak demikian?


Progressivitas yang melonjak tinggi pada bidang Start-Up menjanjikan keuntungan yang lumayan besar bagi setiap pelaku industri yang mau berkolaborasi, dukungan teknologi yang memadai dan terbaru menjadi penopang utama berdirinya sebuah StartUp. Oleh karena itu penting kiranya kita membuka diri lebih luas untuk menggapai ketertinggalan dengan cara berkolaborasi.

Go Online

Menjajal Revolusi Industri 4.0 bukanlah hal yang spele, persipan dari hal yang paling ringan haruslah terpenuhi. Salah satu bagian vital yang wajib dimiliki setiap industri adalah manajemen konten perusahaan. Jika perusahaan anda berbasis penjualan, maka salah satu hal yang harus anda lakukan adalah mengonlinekan produk anda. Dengan mengonlinekan produk maka target pasar pun akan meluas, tentunya diharapkan target penjualan akan meningkat juga.

Pun begitu jika perusahaan anda berjalan pada bidang jasa, produksi, ritel, dan lain-lain. Maka website adalah salah satu langkah awal untuk menjadikan produk kita lebih dikenal masyarakat luas. Benefit lain ketika anda menggunakan website adalah anda bisa melakukan tracking seberapa besar user anda, berasal dari daerah mana, dan didominasi pangsa pasar seperti apa, serta berbagai fitur lain bisa kita manfatkan guna mendompleng data yang kita butuhkan untuk penjualan.

Hal ini kembali pada poin sebelumnya yaitu berkolaborasi dengan pihak-pihak yang mampu mengatasi kebutuhan perusahaan kita tadi. 

Kesadaran untuk mengonlinekan perusahaan kita perlu ditanamkan sesegera mungkin, sebab dalam persaingan pasar yang serba tidak menentu ini kita perlu tahu bagaimana perkembangan karakteristik calon customer, dan hal itu dapat direkam melalui Online Technologi (Website).

Segera setelah kita mempunyai website kita dapat mengkolaborasikan dengan teknologi lain untuk melakukan periklanan digital, baik melalui platform Google atau Facebook. Kemudian menerapkan strategi email marketing, whatsapp marketing, dan berbagai sumberdaya teknologi lain yang mampu mengiringi bejalannya Revolusi Industri 4.0, tentunya dengan tingkat otomasi yang jauh lebih tinggi ketimbang strategi yang kita lakukan secara manual selama ini.

Konsep Revolusi Industri 4.0 ini tak akan jadi apa-apa jika kita tidak mulai untuk mempersipkan diri, peran pemerintah juga sangat penting, tapi kita yang ada dibawah jangan sampai menjadi penonton belaka. Kita harus ingat bahwa berdirinya raksasa Google adalah berasal dari garasi mobil dan beberapa baris kode, kuncinya adalah berani memulai dan mencoba.

Advertisement

4 comments

Sebagi industri kecil kita harus belajar banyak. Harus lebih kretaif dan inovatif sehingga kita tidak kalah saing dengan lainnya. Kita juga harus siap menghadapi Revolusi Industri 4.0

Monggo singgah di www.abdulmajid.id

Ulasan yang sangat menarik. Di industri 4.0 ini, bagi yang tidak mengikutinya maka akan semakin tertinggal, karena perkembangan tekhnologi akan terus meningkat

Mantab pak Abdul Majid, siap

Terus belajar bareng2 pak amir :)


EmoticonEmoticon